PROSPEKTUS
PERHIMPUNAN
MAHASISWA
KATOLIK
REPUBLIK INDONESIA
(PMKRI)
Chatolic
Union of University Students of The Republic Indonesia
Member of
International
Movement of Chatolic Students (IMCS)-Pax Romana
Pelindung: St. Albertus Magnus; Patron
Cabang Sungai Raya ; Branch Board
Semboyan :
“Religio
Omnium Scientarium Anima”
Agama adalah jiwa segala ilmu
pengetahuan
Disusun oleh :
Dewan
Pimpinan Cabang
PMKRI
St. Albertus Magnus
Cabang
Sungai Raya
Margasiswa : Jl.
Sei Raya Dalam
Komp. Cemara Blok L.1
Sei Raya – Pontianak, Kalimantan Barat Indonesia 78391
E-mail:pmkri_magnus@yahoo.com
Visi
Terwujudnya keadilan
sosial,kemanusiaan, dan persaudaraan sejati umat manusia.
Misi
Berjuang dengan terlibat
pada kaum tertindas melalui kaderisasi intelektual populis yang djiwai oleh
nilai-nilai kekatolikan demi terwujudnya keadilan sosial, kemanusiaan, dan
persaudaraan sejati.
Sejarah Berdirinya PMKRI Indonesia
Perhimpunan Mahasiswa Katolik
Republik Indonesia (PMKRI) pada awalnya merupakan hasil fusi Federasi KSV
(Katholieke Studenten Vereniging) dan Perserikatan Mahasiswa Katolik
Republik Indonesia (PMKRI) Yogyakarta.
Keinginan
Federasi KSV untuk berfusi dengan Perserikatan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia Yogyakarta saat itu, karena
pada pertemuan antar KSV dipenghujung
1949, dihasilkan keputusan bersama bahwa “….Kita bukan hanya mahasiswa Katolik,
tetapi juga mahasiswa Katolik Indonesia ..." Federasi akhirnya mengutus
Gan Keng Soei dan Ouw Jong Peng Koen untuk mengadakan pertemuan dengan
moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta.
etelah
mendapat saran dan berkat dari Vikaris
Apostolik Batavia yang pro Indonesia, yaitu Mgr. PJ Willekens, SJ. Utusan Federasi KSV bertemu dengan moderator
pada tanggal 18 Oktober 1950 dan pertemuan dengan Ketua PMKRI Yogyakarta saat
itu yaitu PK Haryasudirja bersama stafnya berlangsung sehari kemudian. Dalam
pertemuan-pertemuan tersebut intinya wakil federasi KSV yaitu Gan Keng Soei
mengajak dan membahas keinginan berhimpuan dalam satu wadah organisasi nasional
mahasiswa Katolik Indonesia.
Maksud Federasi KSV ini mendapat tanggapan
positif moderator dan pimpinan PMKRI Yogyakarta. Dan dua keputusan lain yang dihasilkan
adalah :
1.
Setelah pertemuan tersebut, masing-masing organisasi harus
mengadakan kongres untuk membahas rencana fusi.
2.
Kongres Gabungan antara Federasi KSV dan PMKRI Yogyakarta akan
berlangsung di Yogyakarta tanggal 9 Juni 1951.
Dalam
kongres gabungan tanggal 9 Juni 1951, kongres dibuka secara resmi oleh PK
Haryasudirja selaku wakil PMKRI Yogyakarta bersama Gan Keng Soei yang mewakili
Federasi KSV. Kongres yang semula direncanakan berlangsung hanya sehari,
ternyata berjalan alot terutama dalam pembahasan satu topik, yakni penetapan
tanggal berdirinya PMKRI.
Disaat
belum menemui kesepakatan, Kongres Gabungan sempat diskors untuk memberikan
kesempatan kepada masing-masing organisasi untuk kembali mengadakan kongres
secara terpisah pada tanggal 10 Juni 1951.
Akhirnya Kongres Gabungan untuk fusi-pun kembali digelar pada tanggal 11
Juni 1950 dan berhasil menghasilkan 14 keputusan.
Dengan
keputusan itu maka kelahiran PMKRI yang ditetapkan pada tanggal 25 Mei 1947
menjadi acuan tempat PMKRI berdiri. Penentuan tanggal 25 Mei 1947 yang bertepatan sebagai hari Pantekosta,
sebagai hari lahirnya PMKRI, tidak bisa dilepaskan dari jasa Mgr.
Soegijapranata. Atas saran beliaulah
tanggal itu dipilih dan akhirnya disepakati para pendiri PMKRI, setelah sejak
Desember 1946 proses penentuan tanggal kelahiran belum menemui hasil. Alasan beliau menetapkan tanggal tersebut
adalah sebagai simbol turunnya roh ketiga dari Tri Tunggal Maha Kudus yaitu Roh
Kudus kepada para mahasiswa katolik untuk berkumpul dan berjuang dengan landasan ajaran agama
Katolik, membela, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan Republik Indonesia.
IDENTITAS KADER PMKRI
PMKRI dalam seluruh orientasi dan
kegiatannya berasaskan Pancasila, dijiwai Kekhatolikan, disemangati
oleh Kemahasiswaan
Pada dasarnya pembinaan
di PMKRI ditujukan untuk membantu membentuk para anggota PMKRI dalam mencapai
keunggulan pribadi dengan integritas pribadi yang utuh. Integritas pribadi yang utuh, yang hendak
dicapai dapat dicirikan oleh:
1.
SENSUS CHATOLICUS
Rasa Kekatolikan.
2.
SEMANGAT MAN FOR OTHERS
Panggilan hidup misioner yang menuntut sikap siap sedia. Bahwa setiap kegiatan hidup tidak hanya
didasarkan pada kepentingan diri sendiri melainkan sejauh mungkin diabdikan
pada kepentingan sesama yang lebih besar.
3.
SENSUS HOMINIS
Rasa kemanusiaan, terdapat kepekaan terhadap segala unsur
manusiawi yang meliputi solidaritas pada setiap pribadi manusia.
4.
PRIBADI YANG MENJADI TELADAN
Kemampuan untuk menjadi pribadi yang menjadi garam dan terang
dunia, dalam pola pikir, sikap, dan tingkah laku.
5.
UNIVERSALITAS
Sikap siap sedia untuk memasuki celah-celah dan dimensi
kehidupan masyarakat yang paling membutuhkan dan menerobos tembok-tembok
diskriminasi dalam bentuk apapun.
6.
MAGIS SEMPER
Semangat lebih dari sebelumnya yang hanya dapat dicapai dengan
kerja keras, mutu, magis, dan profesional.
Pribadi demikian selalu mengacu pada on going formation.
Keanggotaan PMKRI
Semua mahasiswa yang berkewarganegaran Republik Indonesia berhak menjadi anggota PMKRI. PMKRI bersifat inklusif/terbuka bagi semua mahasiswa, tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan mana pun. Asalkan bersedia menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Kekatolikan.
Anggota
PMKRI terdiri atas:
1.
Anggota biasa, yaitu mahasiswa S0 atau S1, warga negara Indonesia
yang masih aktif kuliah atau seperti yang diatur dalam Rapat UmumAnggota Cabang
dengan batasan waktu paling lama 11 (sebelas)
tahun – terhitung sejak pertama kali terdaftar sebagai mahasiswa.
2.
Anggota
kehormatan, ialah mereka yang berjasa
dalam PMKRI menurut ketetapan MPA.
3.
Penyatu, ialah mereka yang pernah menjadi anggota PMKRI yang
berhak penuh.
4.
Penyokong, ialah mereka yang memberikan sokongan-sokongan tetap
berupa uang atau hak.
JENIS-JENIS
PEMBINAAN
PMKRI memiliki tiga jenis pembinaan, yaitu
pembinaan formal, informal, dan nonformal.
Ketiganya
memiliki kesejajaran, sifat saling melengkapi dan harus diprogram menjadi satu
kesatuan yang sinergis.
1.
Pembinaan Formal Berjenjang :
a.
MPAB
(Masa Penerimaan Anggota Baru)
b.
MABIM (Masa Bimbingan)
c.
LKK (Latihan
Kepemimpinan Kader)
d.
KSR (Konfrensi Studi
Regional)
e.
KSN (Konfrensi Studi Nasional)
2.
Pembinaan Informal, merupakan pembinaan keseharian kader-kader
PMKRI di perhimpunan, misalnya keterlibatan dalam aktivitas-aktivitas PMKRI,
pendampingan kader, pendampingan anak jalanan, diskusi, dsb.
3. Pembinaan
Nonformal, pembinaan untuk meningkatkan profesionalitas anggota berdasarkan
minat atau bakat anggota. Misalnya: Training for Trainer, Pelatihan Internet,
Pelatihan Jurnalistik, Pelatihan Analisa Sosial, dsb.
KEPENGURUSAN
PMKRI mempunyai Pengurus Pusat dan Pengurus Cabang. Pengurus Pusat
mempunyai suatu badan yang terdiri atas:
1)
Presidium Paripurna, ialah Presidium Harian bersama-sama Komisaris Daerah
yang mewakili wilayahnya, dan ketua-ketua lembaga.
2)
Presidium Harian, terdiri atas Ketua Presidium, ditambah dengan minimal
tiga orang Presidum dan maksimal 6 orang Presidium yang berkedudukan di mana
Pengurus Pusat berada.
3)
Lembaga-lembaga mempunyai otonomi yang diatur secara khusus.
4)
Sekretariat,
dikoordinir oleh seorang Sekretaris Jenderal.
Pengurus Cabang:
1)
Susunan Pengurus
Cabang sedapat mungkin disesuaikan dengan susunan Pengurus Pusat dengan
memperhatikan kebutuhan cabang.
2)
Pengurus Cabang
dipilih oleh Rapat Umum Anggota Cabang
Pengurus Pusat dipilih
melalui MPA (Majelis Permusyawaratan Anggota) sebagai kekuasaan tertinggi dalam
perhimpunan yang menetapkan kebijakan-kebijakan perhimbunan secara nasional.
KIPRAH PMKRI DI KALIMANTAN BARAT
Di bumi khatulistiwa, khususnya KALBAR telah berdiri
beberapa cabang, calon cabang dan kota jajakan PMKRI dapat dilihat sebagai
berikut :
1. PMKRI St. Thomas More cabang Pontianak
2. PMKRI St. Agustinus cabang Sintang
3. PMKRI St. Albertus Magnus cabang Sei. Raya
4. PMKRI Bengkayang
5. PMKRI Melawi
6. PMKRI kota jajakan Singkawang
PMKRI SANCTUS ALBERTUS MAGNUS
PMKRI St. Albertus
Magnus-Sungai Raya, ditetapkan menjadi kota jajakan melalui MPA XX di
Banjarmasin tahun 1999. Sebagai koordinator kota jajakan adalah Sdr. Yulianus hingga disahkan sebagai
Calon Cabang pada MPA XXI di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta lewat Ketetapan MPA No. 007/TAP/MPA XXI/2000
tanggal 24 November-1 Desember 2000. Hingga pada tanggal 9 Juni 2001 PMKRI St.
Albertus Magnus – CC yang pada waktu itu Mempawah mengadakan RUACC 1 (Rapat
Umum Anggota Calon Cabang 1) bertempat di asrama PEMDA Kab. Pontianak Jl. Sei
Raya Dalam No.7. Pada momen tersebut tersusunlah ARTCC (Anggaran Rumah Tangga
Calon Cabang) dan Pemilihan Ketua Presidium PMKRI Periode 2001-2002. Terpilih
sebagai Ketua Presidium Sdr. Yulianus
M.A.R. Pada tanggal 31 Mei-1 Juni 2002 diadakan RUACC II dan terpilih
sebagai ketua Presidium periode 2002-2003 Sdr.
Stefanus Teddy. Sebagai Pastor Moderator Mahsiswa Keuskupan Agung Pontianak
ditunjuk Pastor Hermes A. Pr.
Berbagai kondisi yang dialami
oleh PMKRI sebagai ormas yang telah “cukup umur” menghantarkan PMKRI Mempawah
(yang pada waktu itu) menjadi Cabang pada tahun 2002 pada Kongres dan MPA di
Kupang, NTT.
Kemudian seiring berjalan
waktu PMKRI Mempawah melakukan Pergantian nama cabang, berdasarkan atas pemekaran wilayah
Kabupaten Pontianak menjadi Kabupaten Kubu Raya dan berdasarkan atas tempat kedudukan PMKRI cabang Mempawah ikut
dalam wilayah pemekaran Kabupaten Kubu Raya dan bertempat di kota Sungai Raya. Maka Pada tanggal 22
Desember 2008 dengan Ketetapan RUAC No. 005/TAP/RUAC-MEMPAWAH/12/2008 nama Cabang Mempawah diganti dengan Cabang Sungai Raya. Dan terpilih
sebagai Ketua Presidium Sdr. Laurianus
Ari Susanto
Kini kami sedang
melakukan pembenahan organisasi dalam rangka Capacity Buildingagar dapat
melaksanakan fungsi-fungsi organisasi dan kaderisasi secara maksimal. Program
kerja periode ini adalah pembangunan jaringan kerja dengan ORMAS, NGO, dan
Lembaga-lembaga pemerintah, kaderisasi anggota, membangun system informasi via
internet, VCD, Buku, dan perpustakaan.
PMKRI eksis
dalam rangka berjuang yang ditunjukkan sebagai salah satu inspirator KAMI
(Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) mengusung perjuangan AMPERA (Amanat
Penderitaan Rakyat) kelompok Cipayung bersama HMI, PMII, GMNI, GMKI, dan
berbagai aliansi strategis yang sesuai dengan pelaksanaan visi dan misi dari
PMKRI tersebut.
PRO ECCLESIA ET PATRIA !!!
“Demi Gereja dan Tanah Air”
